
Gelar Demo di DPRK Aceh Barat, Mahasiswa UIN Ar-Raniry Diamankan
05 June 2020
Edit
NASIONALACEH.com
| MEULABOH – Sekumpulan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry di
Aceh Barat yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa (GERAM) Peduli Kampus
dibubarkan dan diamankan oleh Kepolisian Resor (Polres) Aceh Barat terkait aksi
demonstrasi yang dilakukan di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten
(DPRK) Aceh Barat, Jumat (05/06/2020).
Aksi tersebut merupakan simbol kekecewaan terhadap seluruh
pemangku jabatan di kampus. Mereka menilai, pemangku jabatan di kampus
sangatlah lambat dalam menampung aspirasi mahasiswa dan kurangnya transparansi
informasi selama pandemi Covid-19 sehingga timbul kecurigaan di kalangan
mahasiswa.
Para mahasiswa itu juga merasa penggunaan Uang Kuliah
Tunggal (UKT) mahasiswa yang telah dibayarkan selama pandemi, sangatlah tidak
transparan dan juga para mahasiswa membutuhkan bantuan dan perhatian lebih dari
kampus selama menjalani perkuliahan secara daring.
Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi GERAM, Imam Fadhil,
menyatakan bahwa mereka mendesak Kementerian Agama dan pihak kampus agar segera
merealisasikan poin-poin tuntutan terkait aspirasi mahasiswa, poin tuntutan
tersebut adalah:
1. Meminta transparansi dan rincian penggunaan Uang Kuliah
Tunggal (UKT) mahasiswa selama pandemi Covid-19, yang di mana sebagian besar
fasilitas kampus tidak dipergunakan sepenuhnya oleh mahasiswa dan sudah
selayaknya mahasiswa mengetahui kemana saja penggunaan UKT yang telah
dibayarkan.
2. Pemberian kuota internet sebagai bentuk bantuan kepada
mahasiswa dalam menjalani kuliah online dan harus diberikan secara bertahap
sampai akhir semester. Apalagi, tidak semua mahasiswa mempunyai keuangan yang
memadai untuk mencukupi kebutuhan kuota internet di tengah anjloknya ekonomi
saat ini.
3. Menggratiskan atau memotong biaya pendidikan saat
semester depan (ganjil), dikarenakan ekonomi keluarga mahasiswa banyak yang
merosot akibat pandemi Covid-19. Ditambah lagi, bantuan masih kurang memadai
yang diberikan oleh pemerintah untuk masyarakat.
4. Meratakan semua nilai mahasiswa menjadi B, dikarenakan
selama pandemi Covid-19 banyak yang mengalami kendala (misalnya: jaringan,
kuota internet bahkan perangkat juga tidak memadai) di saat sedang berkuliah
online. Apalagi, ada mahasiswa yang Program Studinya membutuhkan praktek di
lapangan juga terhambat dan hanya menerima teori semata selama kuliah online.
Oleh sebab itu dengan melihat permasalahan yang ada, maka perlu adanya
pemerataan nilai B ini kepada seluruh mahasiswa, karena penilaian dan
pembelajaran di saat pandemi sangatlah berbeda dibandingkan keadaan normal.
5. Menargetkan UKT mahasiswa baru tahun 2020 agar tepat
sasaran sesuai tingkatan ekonomi keluarga.
6. Maksimalkan fungsi Humas Kampus dan kelembagaan, agar
informasi yang transparan lebih didapatkan oleh semua mahasiswa di tengah
pandemi Covid-19, khususnya mahasiswa baru yang membutuhkan banyak informasi
seputar kampus. GERAM juga sudah minta bantuan kepada salah satu Paguyuban di
Aceh, dan bersedia bekerjasama dalam mengumpulkan informasi untuk diberikan
kepada mahasiswa baru yang ingin masuk ke kampus.
Namun, tak lama setelah aksi tersebut dimulai dan poin
tuntutan dibacakan oleh Korlap Aksi, pihak kepolisian segera membubarkan dan
menggiring perwakikan GERAM, yaitu Korlap Aksi Imam Fadhil dan Penanggung Jawab
Aksi Sulthan Alfaraby, untuk dimintai keterangan. Aksi tersebut dianggap
melanggar ketentuan terkait larangan berkumpul di tengah pandemi Covid-19.
"Benar, aksi dibubarkan dan sudah kita berikan
keterangan. Aksi ini merupakan bentuk kekecewaan kami selaku mahasiswa dan kami
mengajak seluruh elemen mahasiswa Aceh untuk tidak menyerah menuntuk
haknya", ujar Korlap Aksi, Imam Fadhil.
Kemudian, Penanggung Jawab Aksi GERAM, Sulthan Alfaraby,
mengonfirmasi bahwa aksi yang dilakukan oleh GERAM akan tetap dilakukan selama
poin tuntutan tersebut belum direalisasikan.
"Aksi solidaritas ini secara langsung ini, juga
berkaitan dengan aspirasi mahasiswa selama pandemi yang tengah menjalani
perkuliahan online dan juga merupakan inisiatif serta gerak cepat dari kita
selaku mahasiswa untuk benar-benar peduli akan hal ini. Kami tidak mau sekedar
ikut-ikutan aksi secara online. Namun kami harap, perjuangan mahasiswa bisa
lebih dari itu. Tidak masalah aksi kita dibubarkan. Tapi yang pasti, selama ini
belum direalisasikan, maka GERAM akan terus bergerak dalam segala sektor demi
menuntut keadilan yang sudah seharusnya direbut kembali", ujarnya.
Beliau juga mengatakan, bahwa pertemuan dengan pihak kampus
sudah pernah dilakukan melalui video konferensi dan beberapa aksi secara online
juga telah dilakukan. Meskipun aksi hari ini dilakukan secara langsung, namun
pihaknya mengatakan tetap mematuhi protokol kesehatan.
"Kami sudah beraudiensi dengan kampus melalui video
konferensi waktu silam dan juga menyampaikan tuntutan atau aksi secara online,
namun kami rasa itu belum maksimal. Aksi yang kami lakukan hari ini, memang
sangat terbatas. Sekitar ratusan mahasiswa sudah bergabung, namun kami
membatasi cukup 3 orang saja untuk turun ke lapangan agar mematuhi protokol
kesehatan", tambahnya.
Secara resmi, GERAM juga telah menyurati DPRK Aceh Barat
untuk berdiskusi agar bisa menyampaikan tuntutan mereka kepada pihak yang bersangkutan.
"GERAM pada hari sebelumnya juga telah menjumpai salah
satu pimpinan DPRK Aceh Barat secara pribadi. Dan hari Jumat ini, juga telah
datang lagi ke kantor dan menyurati DPRK secara resmi, agar bisa segera
membahas masalah ini kembali secara efektif", ujarnya.
Terakhir, GERAM juga siap membawa massa yang lebih besar
untuk melakukan aksi protes dari berbagai sektor jika tidak ada kepedulian dari
pemerintah maupun kampus terhadap hak-hak para mahasiswa.
"Jika tidak segera direalisasikan segala
hak-hak mahasiswa, maka GERAM siap berkoordinasi dengan mahasiswa lainnya untuk
menuntut hak dengan massa yang lebih besar. Kami sangat kecewa, tidak tahu
harus kepada pihak siapa lagi kami mengadu akan hal ini", tutup Ketua DPP
Pemuda Cinta Aceh ini.