
Mengurai Makna 'Fakboy' dari Kacamata Warung Kopi
14 June 2020
Edit
NASIONALACEH.com –
Tulisan ini berawal dari diskusi santai di warung kopi dan membahas tentang
kejadian-kejadian unik di tahun 2020. Seperti kita ketahui, tahun 2020
merupakan tahun yang penuh dengan kejutan, mulai dari kemunculan berbagai
bencana global sampai dengan istilah-istilah unik yang muncul ke permukaan
media sosial. Tentu semua itu ada pemicunya, misalnya adalah istilah 'Fakboy'
atau 'Fakgirl'. Istilah semacam 'Fakboy' atau 'Fakgirl' yang kian bergeming ini
ternyata cukup memanas di kalangan kaum remaja masa kini dan Instagram
merupakan salah satu platform media sosial yang paling parah terkena dampaknya
meskipun tidak ada yang tahu siapa pencetus awal istilah tersebut.
Mungkin, pembaca
ada yang mempertanyakan bahwa untuk apa penulis membahas istilah yang mungkin
menurut sebagian orang tidaklah penting. Tapi, penulis akan menjelaskan kenapa
istilah 'Fakboy' dan sejenisnya penting untuk dibahas jika kita melihat makna
kata tersebut dari aspek sosiologi. Kita juga tahu, bahwa sosiologi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara individu dengan individu,
individu dengan kolompok, dan kelompok dengan kelompok. Manusia sebagai makhluk
sosial tidak pernah jauh dengan yang namanya hubungan sosial, karena
bagaimanapun hubungan sosial tersebut akan mempengaruhi perilaku orang-orang di
sekitarnya.
Istilah 'Fakboy'
yang ditujukan khusus laki-laki atau 'Fakgirl' yang ditujukan khusus perempuan,
merupakan istilah yang awalnya berasal dari dua suku kata "Fuck"
(makna dari berengsek) dan "Boy/Girl" (Laki-laki/Perempuan)".
Menelaah dari makna kata tersebut, dapat diketahui bahwa istilah tersebut
ditujukan untuk menggambarkan karakter seseorang yang mempunyai sifat berengsek.
Berengsek yang dimaksud di sini merupakan cerminan dari pengkhianatan yang
dilakukan selama kedua individu (laki-laki dan perempuan) menjalin hubungan
percintaan. Oleh karena itu, tak jarang kita memandang perilaku warganet yang
kerap meniru dan membawa embel-embel 'Fakboy' maupun 'Fakgirl' sebagai ungkapan
kekecewaan terhadap diri seseorang dalam dunia percintaan.
Imbasnya
permasalahan ini terhadap generasi muda adalah menjadikan mereka menjadi
generasi yang dapat dikatakan sebagai 'generasi jahat'. Penulis berikan contoh,
misalnya sifat-sifat kebaikan yang harusnya muncul di kalangan sebagian
perempuan maka akan tergerus oleh asumsi 'Fakboy'. Perempuan akan menganggap
bahwa semua laki-laki adalah berengsek dan laki-laki juga sebaliknya. Imbasnya
lagi, akan menjadikan pribadi mereka untuk membalaskan dendam ke semua orang
yang notabene tidak semua mempunyai sifat seperti itu.
Sungguh miris
bukan? kasus ini hampir mirip seperti dalam Film Joker, bahwa ada asumsi bahwa
orang baik adalah orang jahat yang disakiti, padahal tidaklah seperti itu. Jika
kita merupakan tulus untuk menjadi orang baik, maka kita akan terus selamanya
berbuat kebaikan kepada siapapun tanpa memandang bulu meskipun berbagai macam
hal telah dilakukan terhadap diri kita. Patut kita sadari, bahwa tidaklah semua
orang bisa dinilai akibat kelakuan satu oknum. Jadilah pribadi yang profesional
dan bijak dalam menilai apapun, kita tentunya sudah dewasa kan? tentunya kita
tidak hanya sekedar ikut-ikutan terpengaruh kan?.
Oleh sebab itu, penulis mengajak kepada seluruh
pembaca untuk lebih bijak dalam membentuk pribadi kita agar tidak mudah
terpengaruh dengan isu-isu yang bergeming di segala sektor, baik itu dunia
nyata maupun dunia maya. Jadilah pribadi yang bisa memilah-milah dan menilai
setiap sesuatu itu tidaklah sama. Omong-omong, kajian ini penulis dapatkan
setelah melihat situasi terkini di dunia maya melalui amatan dari warung kopi
sehingga keresahan ini dituangkan ke dalam tulisan. Jika ada yang ingin berbagi
pendapat maka boleh disampaikan melalui media sosial Instagram penulis yaitu
@sulthan_alfaraby. Salam milenial!