
Kelalaian Kita adalah Pemicu 'Kiamat' Moralitas Generasi Muda Aceh
30 July 2020
Edit
NASIONALACEH.com –
Aceh merupakan sebuah daerah yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu
melimpah, kaya akan potensi pariwisata dan juga beragam kultural serta letak
yang sangat strategis untuk mengembangkan sebuah peradaban maju jika dikelola
dengan bijaksana. Berbicara soal peradaban maju, tentunya hal itu harus dimulai
melalui langkah-langkah kecil, misalnya melalui pendidikan informal dari
keluarga masing-masing. Di sini, saya ingin katakan bahwasanya peran daripada
seorang ibu dan seorang ayah serta keluarga sangatlah penting dalam menciptakan
peradaban Aceh yang bermartabat dan bermoral. Tentunya, hal ini akan sangat
mempunyai kontribusi yang "multi-effect" bagi generasi-generasi yang
sedang tumbuh dan berkembang serta untuk generasi di masa yang akan datang.
Bahaya Narkoba
Bagi Generasi Muda
Jika kita
berpikir bahwa Aceh saat ini sedang dalam kondisi yang baik-baik saja, maka
saya menyatakan bahwa "Aceh sedang tidak baik-baik saja". Kenapa?
dikarenakan permasalahan yang terus berulang-ulang dan seakan tidak pernah ada
titik habisnya adalah permasalahan penyalahgunaan Narkoba, terlebih hal ini
sangat mengancam jiwa dan raga generasi-generasi Aceh. Selain itu, mengutip
melalui website Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh yang dirilis pada hari
Selasa (10/03/2020) dengan judul "Memprihatinkan, Seluruh Pengguna Narkoba
di Aceh Berusia Produktif", yang datanya bersumber dari Kepolisian Daerah
(Polda) Aceh dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Aceh, di mana ada 114 pelajar
dan 94 mahasiswa menjadi tersangka penyalahgunaan narkoba. Selanjutnya mereka
yang terbanyak kena narkoba adalah kalangan wirausaha yang totalnya mencapai
861 orang serta kalangan swasta yang totalnya 291 orang.
Disebutkan juga
bahwa ada sekitar 48 persen pengguna narkoba bahkan menjadi kurir dari barang terlarang
tersebut. Keseluruhan dari pelaku juga berusia produktif, yaitu 10 hingga 59
tahun. Melihat keadaan yang miris ini, maka sudah sepatutnya kita selaku pemuda
yang menginginkan perubahan positif bagi Aceh untuk sama-sama saling bahu
membahu dalam memberantas Narkoba di Tanah Rencong. Apalagi, hal ini tentunya
harus dibarengi dengan kontribusi pendidikan informal dari orang tua dan juga
pendidikan formal di sekolah atau kampus serta pelatihan-pelatihan anti Narkoba
yang diselenggarakan oleh pemerintah demi terwujudnya generasi Aceh yang bebas
Narkoba.
Pemerintah juga
harus aktif bersinergi dengan organisasi kepemudaan atau kemahasiswaan untuk
mengadakan sosialisasi kepada keluarga-keluarga yang bisa dikatakan sebagai
"Ruang Lingkup Awal" generasi tumbuh dan berkembang. Dikarenakan
Narkoba pada saat sekarang ini, sudah mulai dimodifikasi dengan sedemikian rupa
yang wujudnya lebih mengarah mirip dengan "Kearifan Lokal", misalnya
dalam bentuk permen, makanan atau sejenisnya. Peran orang tua juga tak kalah
penting, yaitu jangan lalai dengan perkembangan kualitas moral anak-anaknya,
apalagi di zaman sekarang dunia sudah serba canggih dan hampir semua orang
mempunyai smartphone yang bisa saja digunakan sebagai alat komunikasi untuk
mendapatkan Narkoba bagi anak-anak dan remaja khususnya. Bagaimana caranya agar
bisa mengawal anak-anak agar tidak terjerumus akan hal itu? yaitu dengan cara
tidak memberikan smartphone kepada anak di bawah umur, aktif menasehati dan
juga melihat keanehan tingkah laku anak-anak kita yang berbeda dari biasanya.
Hal itu tentunya harus selalu diwaspadai oleh para orang tua, tak lupa pula
mengawasi dan mengetahui dengan siapa anak-anak kita menjalin pertemanan.
Ingat, Aceh sedang tidak baik-baik saja! Jangan sampai kelalaian orang tua yang
adalah penyebab utama pemicu 'Kiamat' moralitas generasi muda.
Dampak Game Bagi
Generasi Muda
Berbicara tentang
'Kiamat' moralitas generasi muda, tentunya hal itu tidak terlepas daripada
pengawasan, baik itu pengawasan orang tua, masyarakat dan juga pemerintah. Hari
ini, sangat kita sayangkan bahwa banyak dari generasi Aceh menghabiskan waktu
dengan bermain game, di warung misalnya. Saya teringat ketika beberapa waktu
silam berdiskusi dengan salah satu profesor di salah satu kampus negeri di
Aceh, beliau mengatakan bahwa "Rusaknya generasi saat ini lebih berbahaya
daripada bom atom yang jatuh di Hiroshima". Maknanya, ketika generasi yang
menjadi bibit atau cikal bakal untuk merubah Aceh ke depannya sudah rusak, maka
tidak menutup kemungkinan bahwa 'kiamat' moralitas akan segera terjadi dalam
waktu dekat.
Generasi muda
Aceh harusnya lebih peduli dengan keadaan di sekitar dan nasib daerahnya yang
dikuasai oleh elit-elit dan juga masalah kemiskinan, bukan malah menghabiskan
waktu dari pagi sampai pagi berikutnya di warung kopi tanpa adanya solusi
kongkrit yang inovatif agar Aceh menjadi lebih baik. Alhamdulillah, jika para
pembaca mempunya jiwa dan kontribusi yang menginginkan perubahan yang lebih
baik untuk Aceh, namun bagaimana dengan anak-anak kecil yang kerap disebut
sebagai "Bocah FF" di warung-warung kopi? Jika kita menelusuri usia
mereka, rata-rata masih di bawah umur dan di usia seperti mereka dulu, saya
masih sering tidur siang di rumah, pergi mengaji atau mengikuti bimbel
matematika. Hal ini adalah tugas besar bagi kita untuk mencegah kehancuran
generasi-generasi kita dan menghilangkan kebiasaan buruk ini. Peran orang tua
juga sangat penting dan wajib dalam mengawasi anak-anaknya agar tidak
terjerumus dengan hal-hal yang akan bernilai negatif ke depannya.
Penulis berharap, para orang tua sebagai pilar
eksekutor bagi perubahan Aceh bisa menindaklanjuti isi dari tulisan ini dan
mulai ketat mengawasi dan memberikan perhatian maupun pendidikan moral yang
berkelanjutan bagi anak-anaknya. Jika bisa, jangan berikan smartphone atau
batasi penggunaannya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir
dampak negatif teknologi dan juga untuk mencegah rusaknya generasi di masa yang
akan datang. Penulis juga berharap kepada seluruh pihak, mahasiswa dan pemuda
khususnya sebagai Agent of Social Control, agar bisa memaknai hal ini dan aktif
mengadakan sosialiasi atau diskusi terkait permasalahan yang sedang dialami
oleh generasi muda dan Aceh. Jika perlu, mungkin bisa dengan mengundang
masyarakat dan pihak-pihak yang mempunyai kaitan dengan masalah besar tak
berujung yang sedang kita hadapi ini.